Monorepo atau multirepo adalah pertanyaan klasik yang sering muncul saat sebuah tim teknologi berkembang. Anda mungkin bertanya-tanya, pola manakah yang tepat untuk mendukung skala tim online? Jawabannya tidak sesederhana memilih yang populer, melainkan melihat kebutuhan nyata tim Anda, baik dari sisi produktivitas, struktur kolaborasi, hingga arah pertumbuhan.
Memahami Perbedaan Monorepo atau Multirepo Secara Dasar
Saat membicarakan monorepo atau multirepo, hal pertama yang perlu Anda pahami adalah perbedaan fundamentalnya. Monorepo menyatukan seluruh kode dalam satu repositori besar. Multirepo justru memecah setiap layanan atau komponen ke repositori terpisah. Masing-masing pola ini memiliki dampak besar pada alur kerja tim dan cara Anda mengelola pengembangan proyek secara keseluruhan.
Kapan Monorepo Lebih Cocok untuk Tim Online
Monorepo sering dipilih oleh tim yang ingin menjaga konsistensi lintas proyek. Dengan satu repositori, integrasi antar modul lebih mudah dilakukan, terutama jika tim Anda masih berukuran kecil hingga menengah. Kelebihan lainnya, Anda bisa memantau perubahan kode secara menyeluruh sehingga potensi bug lintas layanan lebih cepat ditemukan. Namun, tantangan utamanya terletak pada skala. Seiring repositori tumbuh, manajemen build dan kecepatan integrasi bisa menjadi hambatan.
Kapan Multirepo Menjadi Pilihan Lebih Efisien
Sebaliknya, multirepo memungkinkan tim besar bekerja lebih mandiri dengan membagi tanggung jawab ke repositori berbeda. Pola ini cocok jika tim Anda terbagi berdasarkan layanan atau produk yang berbeda. Misalnya, satu tim fokus pada backend, sementara tim lain mengurus aplikasi mobile. Dengan cara ini, Anda dapat mengurangi konflik merge dan mempercepat rilis independen. Tetapi Anda juga harus siap menghadapi tantangan sinkronisasi antar repositori yang bisa menyita waktu tambahan.
Faktor Skala Tim dalam Menentukan Pola Repository
Tidak ada jawaban mutlak antara monorepo atau multirepo tanpa mempertimbangkan ukuran dan dinamika tim Anda. Tim kecil cenderung lebih efisien dengan monorepo karena koordinasi lebih sederhana. Sedangkan tim besar dengan banyak divisi biasanya lebih stabil dengan multirepo. Intinya, Anda harus menimbang apakah tim lebih sering berkolaborasi lintas modul atau justru bekerja terpisah dengan tanggung jawab spesifik.
Dampak pada Proses CI/CD dan Automasi Tim
Pemilihan antara monorepo atau multirepo juga akan berpengaruh pada implementasi CI/CD. Monorepo mempermudah pipeline tunggal yang menguji keseluruhan proyek sekaligus, sementara multirepo membutuhkan pipeline terpisah di setiap repositori. Keduanya sah-sah saja, tetapi Anda harus memastikan automasi benar-benar mendukung pola tersebut agar tidak membebani produktivitas.
Pertimbangan Alat dan Ekosistem Pendukung
Sebelum memutuskan, penting juga melihat dukungan dari alat yang digunakan. Monorepo biasanya lebih efektif jika didukung sistem build seperti Bazel atau Nx yang mampu mengelola dependensi besar. Di sisi lain, multirepo lebih praktis dengan layanan cloud repository modern yang mendukung integrasi antar proyek. Pertanyaan utamanya adalah apakah infrastruktur Anda siap menghadapi kompleksitas tambahan.
Tren Industri yang Mempengaruhi Pilihan Pola Repository
Beberapa perusahaan teknologi besar, seperti Google dan Facebook, masih mengandalkan monorepo untuk alasan konsistensi dan pengelolaan jangka panjang. Namun, startup yang mengutamakan fleksibilitas lebih sering memilih multirepo. Artinya, Anda bisa belajar dari tren ini, tetapi tetap perlu menyesuaikan dengan konteks dan skala tim online Anda sendiri.
Kesimpulan
Pada akhirnya, memilih monorepo atau multirepo bukan sekadar mengikuti tren, tetapi menimbang kebutuhan spesifik tim Anda. Jika tim masih kecil, monorepo memberi kemudahan integrasi dan koordinasi. Namun, jika tim berkembang dengan banyak divisi independen, multirepo dapat mengurangi hambatan komunikasi dan mempercepat siklus rilis. Anda juga harus mempertimbangkan infrastruktur, pipeline CI/CD, serta ekosistem alat yang tersedia.








